Picture source: www.biolib.cz
Siapa yang tidak mengenal nyamuk?
Dari hutan sampai ke kota, kita bisa menemukan spesies ini. Sampai saat ini
nyamuk masih menjadi permasalahan, terutama di wilayah pemukiman yang padat
penduduk seperti Jakarta. Mengapa? Karena nyamuk merupakan spesies yang mampu
membawa penyakit malaria dan demam berdarah bagi manusia. Dua jenis nyamuk yang
sangat terkenal semenjak kita duduk di bangku sekolah dasar adalah Anopheles sp dan Aedes aegipty. Jenis Anopheles
mampu menyebabkan seseorang terjangkit penyakit malaria. Centers for Disease
Control and Prevention (CDC) di Amerika menyebutkan bahwa jenis nyamuk Anopheles yang mentransmisikan penyakit
malaria adalah betina dan dari 430 jenis Anopheles hanya skitar 30-40 yang
menularkan malaria. Penyakit ini biasanya terjadi pada saat seseorang masuk
hutan wilayah tropis. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah hal
tersebut yaitu dengan pil kina.
Sedangkan jenis Aedes aegypti merupakan jenis yang
membawa penyakit demam berdarah. Ketika seseorang terserang demam berdarah dan
dirawat di rumah sakit, maka pihak rumah sakit akan mengeluarkan surat kepada
ketua RT dimana korban tinggal untuk diteruskan ke dinas kesehatan agar
ditindaklanjuti. Tindak lanjut tersebut biasanya berupa pengasapan atau yang
biasa disebut fogging, dengan tujuan untuk membasmi nyamuk yang menyebabkan
penyakit tersebut. Gerakan yang paling mudah diingat terkait dengan pencegahan
demam berdarah adalah gerakan 3 M, yaitu menutup, menguras dan mengubur.
Saat ini sudah banyak pembasmi nyamuk dengan berbagai
merk yang beredar di pasaran, mulai dari yang dibakar, disemprot dengan larutan
ataupun kemasan aerosol. Secara tidak langsung, nyamuk mampu membangkitkan
insting manusia untuk berburu. Contohnya, ketika sedang menonton tv di rumah
dan mulai terasa ada yang menempel di tangan ataupun kaki maka tangan secara
refleks akan langsung menepuk ke sumbernya. Tidak jarang juga wajah tertampar
tangan sendiri akibat ulah nyamuk yang menjengkelkan. Bagi orang yang menginginkan
masalah cepat selesai, biasanya langsung mengambil pembasmi nyamuk, dengan cara menyemprot
atau membakarnya. Namun bau yang ditimbulkan dapat mengganggu pernapasan,
sehingga disarankan harus menjauhi ruangan tersebut sampai baunya hilang. Hal
ini juga perlu diperhatikan bagi penderita asma.
Begitu banyak reaksi negatif yang
timbul akibat nyamuk yang merajalela. Bagaimana membangun reaksi positif dengan
permasalahan yang ada? Mari sejenak lupakan pembasmi serangga. Fokuskan diri
untuk mempertajam indera penglihatan, pendengaran dan perasa. “KEJARLAH NYAMUK
SAMPAI DAPAT” itu slogan yang harus kita dengungkan di dalam hati. Gunakan
mata, telinga, tangan, kaki dan semua anggota tubuh untuk bergerak kompak
mengejar makhluk ini. Lakukan berbagai gerakan, berdiri, berjalan cepat,
melompat, membungkuk. Lakukanlah di ruangan dengan pencahayaan yang cukup dan
matikan AC atau kipas angin, karena hanya akan membuat kita kehilangan sasaran.
Untuk melatih pendengaran, lakukan perburuan ini ditempat yang gelap dan sunyi
agar kita bisa fokus pada bunyi kepakan nyamuk, gunakan insting gerakan refleks
tangan untuk menepuk pada sumber bunyi. Lakukan ini dengan perasaan sukacita,
maka tanpa kita sadari kita sudah melatih saraf motorik kita dengan berolahraga
melalui berbagai gerakan yang gratis tanpa membayar instruktur senam. Saran
saya, jangan lakukan kegiatan ini terlalu lama, karena tujuan awal kita adalah
untuk berolahraga dan melatih kepekaan indera. Kalau terlalu lama akan menguras
energy terlalu banyak, jika dirasa sudah cukup tapi nyamuk masih hilir mudik
kesana-kemari, gunakanlah pembasmi nyamuk yang menurut anda paling aman dan
bacalah instruksi sebelum pemakaian. Selamat mencoba.
regards,
Dewi Sahidi