Senin, 08 November 2010

SURILI (Presbytis comata)

Picture Source: Dewi Sahidi (2009)

Menurut Ankel dan Simon (2007), surili secara taksonomi dapat diklasifikasikan  ke dalam Kingdom Animalia, Phylum Chordata, Sub Phylum Vertebrata, Kelas Mamalia, Ordo Primata, Sub Ordo Anthropoidea, Super famili Cercopithecidea, Famili Cercopithecidae, Sub famili Colobinae, Genus Presbytis Spesies  (Presbytis comata Desmarest, 1822), Sub spesies Presbytis comata comata (Sody 1930, Nijman 2001) dan Presbytis comata fredericae (Sody 1930, Nijman 2001). Nama asli surili adalah Semnopithecus comatus (Desmarest 1822), dan memiliki dua sinonim yaitu Semnopithecus fulvo-griseus Desmoulins, 1825 dan Semnopithecus nigrimanus Geoffroy, 1843 (Maryanto, Achmadi & Kartono 2008).

Berdasarkan morfologinya, secara umum tubuh surili dewasa mulai dari kepala sampai bagian punggung memiliki warna hitam atau coklat dan keabuan. Rambut pada jambul dan kepala berwarna hitam. Sedangkan rambut yang tumbuh di bawah dagu, dada dan perut, bagian dalam lengan, kaki dan ekor berwarna putih. Warna kulit muka dan telinga hitam pekat agak kemerahan (Supriatna & Wahyono 2000). Rata-rata berat tubuh surili jantan dewasa sekitar 6.5 kg, dan untuk betina sekitar 6.7 kg (Fleagle 1988, Flannery, 2007). Spesies ini memiliki susunan gigi 2:1:2:3 pada kedua rahang atas dan rahang bawah (Ankel & Simons 2000, Flannery 2007). Jenis yang mirip dengan surili adalah P. hosei dan T. auratus (Maryanto, Achmadi & Kartono, 2008). 

Surili merupakan satwa endemik Pulau Jawa (Eudey 1987, Nijman 2001) yang dilindungi di Indonesia berdasarkan PP No 7 tahun 1999. Surili termasuk kedalam kategori jenis terancam (endangered species) berdasarkan red list IUCN (2007) dan appendix II menurut CITES. Surili digolongkan kedalam 2 subspesies berdasarkan wilayah penyebarannya, yaitu P. comata comata di Jawa Barat  dan P. comata fredericae di Jawa Tengah (Sody 1930, Nijman 2001). 

P. comata comata ditemukan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Taman Nasional Ujung Kulon (Dephut & CIFOR 2003), Cagar Alam Gunung Simpang Tilu (Raharjaningtrah et al 2000). Eudey (1987) dalam Nijman (2001) menyatakan bahwa P. comata fredericae hanya ditemukan di Gunung Slamet. Bartels (1937) dan Nijman (2001) melaporkan bahwa P. comata fredericae juga ditemukan di Pegunungan Dieng dan Gunung Lawu. Pada pegunungan Dieng, P. comata fredericae ditemukan pada ketinggian 2565 m (Nijman & Sozer 1995, Flannery 2007). 

Surili menempati hutan primer, sekunder, bakau, mulai dari pinggir pantai hingga ketinggian 250 m – diatas 2.500 m dpl seringkali dijumpai di hutan yang berbatasan dengan kebun. Daerah jelajah surili antara 35-40 Ha dan sering bersimpatrik dengan Trachypithecus auratus (Maryanto, Achmadi & Kartono 2008). Menurut Supriatna dan Wahyono (2000), surili memiliki daerah jelajah antara 9-20 hektar yang tergantung ukuran kelompok. Daerah jelajah surili terkadang tumpang tindih dengan daerah jelajah kelompok lain. Pergerakan harian rata-rata surili mencapai 900 meter per hari. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar